Mengenal Si Persia-Himalayan

Belakangan ini saya agak heran dengan si Bebi. Masih ingat dia kan? Seekor kucing ras, anggota keluarga baru kami.

Pertama, tentang rasnya. Menurut breedernya dia ini ras Birman dengan warna putih/point, alias ujung-ujung alat geraknya berwarna gelap. Tapi menurut literatur tentang kucing, ras Birman itu ujung-ujung alat geraknya yang berwarna gelap malah berwarna putih seperti pakai kaos kaki putih gitu. Wah, salah identifikasi nih. Atau mungkin Bebi tidak suka pakai pakai kaos kaki dan melepasnya entah dimana pada saat saya adopsi. Sehingga, Bebi sekarang menjelma menjadi kucing Persia-Himalayan yang alat geraknya berwarna lebih gelap tapi tidak pakai kaos kaki. Ternyata, warna ini dihasilkan dari persilangan kucing Persia dan Siam. Sekilas pola warnanya mirip Siam, tapi rambutnya tidak sepanjang Persia murni. Saya memang tidak terlalu suka kucing long-hair karena ngurusnya pasti lebih susah. Dulu jenis ini dikenal sebagai Colorpoint Persian. Saat ini sudah diklasifikasikan terpisah dari Persian dan disebut kucing Himalayan oleh International Cat Association. Namun masih dimasukkan dalam grup yang sama dalam Persian Exotic Shorthair menurut Persian Breed Group Standard. Secara umum, perawakan Bebi sama dengan Persian. Badan buntek, kaki pendek tebal dan kuat (buat nendang maling terutama). Sebagai informasi tambahan, terdapat dua jenis Himalayan, yaitu yang wajah tradisional atau muka boneka/dall-face dan yang pesek/peke atau ultra-face. Bebi termasuk dall-face. Saya tidak suka yang pesek dan ini berlaku saat memilih pria maupun kucing.

Garis keturunan Bebi.
Garis keturunan Bebi.

Kedua, tentang kelakuannya. Tingkahnya bukan Persia banget. Kucing Persia terkenal senang bermalas-malasan, tenang, anggun, manja, tidak berisik, kalau disisir nurut, dan mudah dikandangkan. Bebi memang relatif tidak berisik dibandingkan dengan Putih, kucing kampung yang kami pelihara bersama dia. Tetapi karakter berikut mungkin didapat dari indukannya yang Siam:

1. Aktif/lincah, tidak malas.  Saya malah sempat menduga dia kucing hiperaktif. Dielus sedikit saja sudah dikira diajak main guling-gulingan atau perang-perangan. Makanya, harus rajin memotong kukunya kalau tidak mau panen goresan di tangan. Cara jalannya saja macho, seperti beruang kutub. Samasekali tidak anggun. Kapan-kapan akan saya daftarkan di sekolah kepribadian John Robert Powder (merek bedak kucing yang pemiliknya membuka kursus kepribadian khusus kucing).

2. Senang berlarian sampai sudut-sudut rumah, apa saja dikejar. Bahkan semut pun dikuntit sampai liangnya, malah kadang disantapnya juga.

3. Senang olahraga.  Misalnya main bola kertas. Mungkin karena masih kecil ya? Tapi bisa jadi semakin besar nanti dia akan main bola kasti, bola kaki, bola basket, atau bola voli *kucing ngelunjak*.

4. Tidak manja, mandiri.  Bebi sudah pandai mengambil makanan sendiri dari meja makan *bangga*. Itu sih maling!  Oh, nooo, itu bukan mencuri namanya, karena dia termasuk anggota keluarga yang bebas mengakses meja makan. Ajaibnya, walaupun saat itu di meja makan tersedia ikan dan tempe, dia memilih tempe! Hiyaaaa, dia makan tempe goreng. Tidak manja kan, bisa diajak hidup sengsara nih kucing seandainya kehabisan uang untuk beli makanan kucing. Berikutnya, karena dia diet rendah garam (saya kira kuatir hipertensi, tapi ternyata makanan asin/gurih bikin rambutnya gampang rontok), saya selalu menyediakan tempe kukus atau rebus sebagai makanan selingan buat dia. Duuh, memang kucing pengertian nih.

5. Tidak suka sisiran.  Kalau, katanya, kucing Persia sangat menikmati ‘me time’nya saat disisir, tidak demikian dengan Persia-Himalayan. Bebi gampang berontak kalau disisir. Apa perlu sisir salon jenis tertentu ya?

6. Dan yang pasti, tidak mau dikandangkan.  Dia selalu gelisah dan mengeong minta keluar saat dikandangkan (saya paham bahasa kucing). Padahal pada saat-saat tertentu dia harus masuk kandang, misal pas berjemur setelah mandi atau saat ada tamu yang tidak suka kucing. Akhirnya masuk kandang menjadi ‘time-out’ kalau dia nakal.

Demikianlah, sebulan lebih hidup serumah dengan Bebi membuat kami semakin mengenal karakter satu sama lain (apasiiih?). Yang penting semua senang. Moga-moga Bebi juga senang, tidak mengalami tekanan batin selama hidup dengan kami.