Pilih-pilih Makanan Kucing

Sesuai janji saya di tulisan sebelumnya *ngelap keringet dulu gara-gara mati AC di kelas 😦 *, berikut beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih makanan kucing.

Here they are… 😀

1. Mengandung taurin

Taurin adalah senyawa turunan asam amino sistein.  Taurin banyak terdapat di daging ikan dan ditemukan dalam jumlah yang lebih rendah pada daging hewan darat.  Bagi kucing, taurin merupakan asam amino esensial.  Artinya, kucing tidak bisa memproduksi taurin sendiri dan tergantung pada taurin dari makanannya. Saat ini Association of American Feed Control Officials (AAFCO) mensyaratkan penambahan sebanyak 0,1% taurin pada DF (dry food) dan 0,2% untuk WF (wet food) yang diproduksi oleh pabrik makanan kucing. Kalau kita membuat makanan sendiri alias homemade, lebih baik berbahan dasar ikan segar (dikukus tanpa penambahan garam) dan hindari pemberian karbohidrat.  Karbohidrat, selain tidak diserap oleh pencernaan kucing, juga memicu diabetes pada kucing. Sebagai informasi, kucing lebih rentan diabetes daripada anjing. Tempe juga tidak baik untuk kucing. Selain gizinya tidak diserap, ragi tempe juga berbahaya buat kucing. Wah, ini sih kabar buruk buat Bebi yang doyan tempe. Untunglah selama ini dia masih baik-baik saja 🙂

2. Jenis makanan

Jenis makanan yang tersedia di pasaran adalah DF dan WF. Pemberian keduanya harus seimbang. WF memang lebih disukai kucing, tapi pemberian WF saja kurang baik untuk pembentukan otot-ototnya (jadi letoy gitu) dan tentu saja tidak sehat bagi kantong kita *lebih mahal daripada DF booo…*. Idealnya, dalam sehari diberi 2xDF dan 1xWF. Perhatikan cara menyimpan WF berikut ini. Segera keluarkan seluruh isi WF dari kaleng yang sudah terbuka karena bagian dalam kaleng yang sudah teroksidasi dapat mempercepat proses pembusukan WF. Setelah dipindah ke wadah plastik, segera bagi-bagilah WF menjadi beberapa porsi dan simpan di lemari es di bagian bawah kotak freezer. Keluarkan satu bagian porsi yang akan diberikan dan thawing dulu sebelum disajikan. Kalau DF tidak perlu perlakuan khusus. Berikan saja secukupnya karena biasanya kucing tidak mau DF yang sudah melempem.

3. Kondisi dan jenis kucing

Di pasaran, makanan kucing terbagi menjadi beberapa jenis.  Selain dari yang komposisinya standar, ada makanan khusus untuk kucing persia.  Ini karena perawatan rambut kucing persia yang lebih ribet.  Kucing domestik kalau diberi makanan jenis ini rambutnya bisa lebih tebal dan berkilau loh.  Selain itu, ada makanan kucing yang rendah magnesium.  Jenis ini diperuntukkan bagi kucing yang pernah atau berisiko mengalami penyempitan/penyumbatan ureter (saluran kemih).  Beberapa faktor risikonya adalah: jantan, kegemukan, kurang gerak (dikandangin), dan DF yang itu-itu saja.  Dengan diet makanan jenis ini, risiko pembentukan batu ureter dapat dikurangi.  Adalagi makanan khusus untuk kucing sakit atau sedang proses penyembuhan.  Teksturnya lembut seperti bubur, sehingga dapat diberikan dengan memakai spuit.

4. Harga

Berdasarkan harganya, ada makanan kucing kelas premium *yang menguras kantong*, medium/menengah, dan standar. Perbedaannya tentu pada komposisi. Makin lengkap komposisinya, makin mahal pula harganya. Kelengkapan ini bisa berupa tambahan vitamin, asam folat, dan bahan tambahan lain yang membuat rambut kucing lebih halus, berkilau, dan lebat (bukan tidak mungkin ditambahkan sunsilk didalamnya) :o. Ada juga yang tinggi protein sehingga kucing lebih cepat gendut. Merek lain menyebabkan performa kucing lebih baik walaupun tidak gendut.

5. Disukai kucing

Terlepas dari pertimbangan-pertimbangan yang sudah saya sebutkan, hal terpenting adalah kucing suka pada makanannya. Percuma juga beli mahal-mahal tapi cuma dilirik. Kalau ini Bebek Goreng Pak Slamet sih bakal saya habiskan. Lah, kalau WF atau DF buat kucing? Dibikin pizza dengan taburan keju permesan dan lelehan keju mozarella di permukaannya pun saya ogah. Sayangnya, sejauh yang saya ketahui, belum ada petshop yang menyediakan contoh makanan gratis. Biasanya kemasan paling kecil 0,5 kg.  Kalau si mpus tidak doyan, jangan buru-buru memakannya eh, membuang atau menghibahkan pada kucing lain.  Bisa diakali dengan mencampur DF dengan WF kesukaannya.  Untuk membangkitkan selera makannya, kucing dan feline lain lebih mengandalkan indra penciuman daripada perasa.  Dan untuk diketahui, kucing tidak dapat mendeteksi rasa manis 😛

Begitulah, semoga artikel ini dapat membantu para catlovers dalam memilihkan makanan untuk si mpus.  🙂

:o
😮

(pic was copied from http://www.corvalliscatcare.com/cc/wp-content/uploads/2014/10/cat_in_food_bowl.jpg)

Bebi Sakit…

Sudah beberapa hari Bebi tidak mau makan. Minum juga cuma sedikit. Padahal sudah saya berikan makanan favoritnya, Tahu Campur Lamongan dan Bakso Solo Kidul Pasar. Tetap saja dia bergeming, tidak berselera, hanya melirik saja. Lemah lesu tidak aktif seperti biasanya. Bebi sakit. Bagaimana saya tahu kalau dia sakit? Begini, kucing agak berbeda dengan manusia. Kalau manusia tidak mau makan, ada beberapa kemungkinan yaitu: (1) sakit, (2) puasa, (3) diet, atau (3) unjuk rasa. Tapi karena dia ini spesies kucing, maka tidak ada kemungkinan lain selain sakit. Tentu saja saya cemas. Tetangga sebelah sekaligus besan saya sampai ikut repot dengan memberi obat mencri (padahal saya tidak yakin Bebi mencri atau tidak karena gara-gara tidak mau makan dia juga tidak menghasilkan ‘air besar’).

Pada hari ketiga, saya konsul SLJJ ke dokter hewan teman saya di luar kota. Sarannya standar, makan minum disuruh nyuapin, kasih madu takaran bayi, ukur suhu badan (lewat anus ya, entah kenapa tidak lewat keti), kalau panas dikasi antibiotik cair dosis bayi. Dua instruksi yang terakhir tidak saya jalankan karena tidak punya thermometer badan. Hari keempat keadaannya makin memburuk. Beberapa kali ‘ngompol’, entah karena tidak kuat jalan ke litter box atau memang beneran ngompol. Paniklah saya, karena salah satu gejala obstruksi saluran kemih ya ngompol itu. Bagaimana kalau Bebi mati?! 😥

Hari itu juga saya membuat janji dengan dokter hewan yang direkomendasikan di kota saya. Setelah anamnesa (ini murni saya yang menjawab semua pertanyaan dokter), dokter menduga Bebi kena feline calicivirus. Kucing yang kena infeksi virus ini biasanya mengalami radang pada mukosa. Pada kucing dewasa, termanifestasi pada bagian oral terutama pada pangkal lidah, sedangkan pada bayi kucing menyebar hingga ke telinga, hidung, dan mata. Kalau dibiarkan bisa jadi radang telinga (otitis). Hal tersebut menyebabkan si kucing kesakitan saat menjulurkan lidah sehingga tidak mau makan dan minum. Pada kucing yang sudah divaksinasi calicivirus gejala infeksi ini tidak terlalu berat. Untunglah Bebi sudah mendapatkan vaksin ini saat umur tiga bulan sehingga gejalanya ringan saja. Setelah diinjeksi antibiotik dan antipiretik (karena terbukti panas tinggi), keesokan harinya Bebi sudah mau makan dan minta main keluar (indikasi sembuh). Resep puyer dengan jenis obat yang sama tidak jadi saya tebus. Lima puluh ribu cukup ampuh untuk menebus kecemasan saya 😛

Untuk kucing yang sakit, asal dia tidak muntah keadaannya bisa dikatakan relatif baik. Termasuk kalau mencri saja tanpa muntah. Kalau mencri disertai muntah, wah, begitu ketahuan sebaiknya segera dibawa ke dokter hewan. Kondisi seperti itu bisa disebabkan obtruksi saluran kencing sehingga si kucing ‘keracunan’ ureum (kadar ureum pada darah tinggi) atau infeksi pada saluran cerna. Untuk yang pertama, tidak ada cara lain harus dikateter oleh ahlinya. Di kota saya, hanya ada dua dokter hewan yang bisa melakukan tindakan tersebut karena sudah terampil dan mempunyai alatnya. Kucing jantan lebih sering mengalami hal ini karena anatomi ureternya yang panjang dan melengkung. Apalagi kalau dia hidup hanya di kandang sehingga kurang aktif.  Atau kalau dia hanya makan dry food tanpa variasi dengan wet food atau dry food dengan merek yang itu-itu saja.

Dan gara-gara kunjungan ke dokter hewan, saya jadi tahu banyak beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih makanan untuk kucing. Postingannya kapan-kapan saja ya, saya mesti ngajar semester pendek nih… 😉

Bebi in Love

Masih ingat Bebi kan? Kucing persia-himalayan jantan yang saya adopsi awal tahun ini. Nah, dia sedang jatuh cinta. Iya, jatuh cinta! Ini sih bahasa sopan dari in heat atau birahi ala kucing. Pada kucing betina atau mamalia betina lain in heat disebut juga masa estrus.

Jadi bulan Desember ini umur Bebi 10 bulan, sudah masanya mencari pasangan.  Berikut saya akan membagi beberapa pengalaman menghadapi perilakunya selama masa-masa sulit ini:

1. Lebih sering mengeong. Sebetulnya Bebi termasuk kucing pendiam. Suaranya juga halus seperti anak kucing (sempat cek jakun gara-gara ini), sampai-sampai saya kira dia berjenis kelamin betina. Apalagi alat reproduksinya ketutupan rambutnya yang panjang.  Tapi akhir-akhir ini dia jadi rajin mengeong, terutama mengeong dekat pintu keluar.  Jadi anggapan saya, dia minta dibukakan pintu.  Kucing jantan milik teman saya yang punya suara bas-tenor tiap malam mengeong ala kucing garong semacam upacara memanggil arwah kucing betina.  Sampai-sampai ditempatkan di ruangan terpencil di dalam rumah oleh pemiliknya.  Kasihan juga ya.  Sudah diiklankan pemacakan gratis tetap saja belum laku.

2. Gelisah ingin keluar rumah. Mungkin kalau di rumah ada kucing betina yang sedang masa estrus, dia tidak akan segelisah ini. Untuk meredam kegundahannya, saya sengaja membiarkannya lebih sering main di luar rumah demi memenuhi hak asasinya sebagai kucing. Walaupun pernah juga saya panik lantaran dia tidak pulang dua hari dua malam dalam rangka mencari pasangan yang cocok (Bebi: Nyari yang cocok itu susah tauk…).

Setelah beberapa hari keluyuran malam, bertemulah dia dengan kucing betina yang — untungnya — tinggal tidak jauh dari rumah saya.  Jadi kalau dia ngapel ngilangnya tidak jauh-jauh dari rumah. Si betina sama-sama ras persia yang dilepas di luar rumah. Setelah bertemu pasangan bukan berarti dia pulang dan mengenalkan pasangan pada keluarga besarnya. Kerjaannya beberapa hari ini hanya gelosotan berdua dengan pasangannya itu. Tempat kencan favoritnya di kolong mobil tetangga yang diparkir di luar rumah. Kalau dipanggil hanya nengok sebentar. Kadang berdiri seperti mau pulang tapi kemudian balik lagi nungguin ceweknya itu. Enggan berpisah walau sekejap. Mungkin khawatir si cewek nglirik pejantan lain kalau ditinggal.

Buat saya, ini sih namanya bukan dikacangan, tapi dikucingin.

Yang heran, dia (atau mereka) bisa tahan tidak makan selama beberapa hari dan mungkin juga tidak buang hajat selama proses pedekate itu. Saya sih senang-senang saja karena selain menghemat makanan kucing, litter box jadi tidak cepat penuh. Kalau pada manusia jatuh cinta disinyalir dapat menekan nafsu makan, pada kucing ternyata berlaku hal yang sama. Tapi ya begitu, pada hari kesekian dia pulang, badannya kotor, kumal, dan berkutu *Aaaarrgh !!!, mesti rajin-rajin mandiin dia lagi 😦 *

Bebi pinter milih, maunya dengan sesama persia ;)
Bebi pinter milih ya, maunya dengan sesama persia 😉

Lika-Liku Adopsi Kucing

Saya pecinta kucing.  Tapi belum pernah sampai niat mengeluarkan sekian ratus ribu untuk mengadopsi kucing.  Kucing yang saya pelihara selama ini adalah kucing kampung yang kadang datang dan pergi sesukanya tanpa saya cemas dengan keberadaannya.  Sampai pada suatu hari, seorang teman yang sama-sama ngakunya cat lover mengajak saya adopsi kucing.  Dan sebagaimana lazimnya kebiasaan belanja saya, bertekad tidak akan mengadopsi kecuali kalau jatuh cinta pada pandangan pertama.  Mulailah kolega saya itu rajin menyambangi situs-situs belanja seperti berniaga.com, tokobagus.com (sekarang udah ganti oxl ya), dan iklan-iklan kucing via facebook untuk mendapatkan kucing idamannya.  Saya sih bertindak sebagai follower saja.  Tepatnya follower yang kemudian terjerumus ke dalam dunia perkucingan.  Ikut-ikutan belajar jenis-jenis kucing, harganya, sampai asesorinya.

Saya perhatikan, beberapa pehobi rela merogoh kantong sampai jutaan rupiah untuk seekor kucing.  Sedangkan saya, walaupun sudah merogoh sampai sudut-sudut kantong, tetap saja uang yang terkumpul tidak sampai sejuta.  Oleh karena itu, budget awal adopsi kucing ini pun dibawah sejuta.  Itupun seandainya saya bertemu dengan kucing yang membuat saya cinta pada pandangan pertama.  Mirip-mirip proses mencari pasangan ala saya.  Tidak perlu syarat, yang penting chemistry dapet… *halaah*

Namanya juga niat, dijabanin sampai basah kuyup kehujanan dan gosong kepanasan tidak meruntuhkan niat berjumpa kucing yang diinginkan.  Awalnya kami berdua berburu kucing betina.  Ternyata supply yang ada nyaris semua jantan.  Sampai akhirnya teman saya memutuskan mengadopsi kucing jantan umur 4 bulan dengan warna sesuai keinginannya, putih-abu-abu – karena kucingnya sudah SMU — *apasih*.  Saya, yang niatnya mencari cinta, hingga hari ke-7 belum ketemu pujaan hati walaupun sudah ada yang saya taksir di hari pertama perburuan.  Tapi mau langsung nembak kok ya terlalu cepat, kan belum membandingkan dengan kandidat lain.  Apalagi dia jantan (tetep pengen yang betina karena kucing betina tidak suka spraying).  Semakin lama orientasi jenis kelamin mulai diabaikan.  Yang penting penampilan.  Walaupun akhir-akhir ini mendapat banyak tawaran kucing betina, tapi hati tidak bisa berbohong.  Pilihan kembali pada anakan Persia-Himalaya sealpoint umur 3 bulan yang pertama kali saya jumpai di sebuah petshop.  Akhirnya, jadilah dia saya boyong dengan uang mahar 850 ribu komplit dengan imunisasi pertamanya.  Saya pilih dia juga karena trahnya yang tidak meragukan.  Istilahnya bibit bobot bebet-nya terjamin.  Bapaknya adalah kucing pemilik petshop, seorang Profesor di Fakultas Peternakan, sedangkan si ibu, kucing seorang Profesor di Fakultas Kedokteran.  Hahay, sangat terpelajar kan? (maksud saya pemiliknya).  Apakah nantinya saya akan mengarahkan dia jadi dokter atau jadi peternak sukses, lebih baik saya lihat dulu bakat minat dan cita-citanya apa 🙂

Begitulah akhir kisah perburuan ini.  Berikutnya, pernak-pernik mempersiapkan kedatangannya ada di tulisan ini.

Dominansi Si Kucing Alfa

Pernah dengar tentang hirarki di dunia hewan?

Dalam dunia hewan, ada hirarki atau urutan kekuasaan.  Penguasa tertinggi di sebut hewan alfa.  Penguasa tertinggi ini berlaku untuk hewan sejenis di dalam kelompoknya.  Yaitu dia yang paling kuat, dominan, dan boleh mengawini lebih dari satu betina di dalam kelompok tersebut.  Tapi dia juga yang bertanggung jawab atas keselamatan kelompok tersebut.  Bukan enaknya saja ya, hehe…

Kucing, walaupun cenderung hidup secara soliter, tapi bisa membentuk hirarki juga kalau ketemu dengan sesama kucing.  Kucing alfa punya karakter dominan dan dilahirkan sebagai pemimpin.  Jadi ini genetis, bawaan orok.  Kucing ini kebanyakan jantan, walaupun betina juga bisa berpredikat alfa.  Kucing alfa biasa melakukan bullying baik pada sesama kucing maupun pada tuannya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.  Termasuk saat menginginkan makanan tertentu.  Misal ingin jajan bakso, nah kalau si pemilik ogah membelikan, dia akan panggil sendiri tukang baksonya terus diborong bareng teman-temannya.  Giliran bayar, kita yang kena. *sigh*  Mungkin kita berpikir bahwa kitalah tuannya, tapi kucing alfa ini percaya bahwa dialah yang memiliki kita.  Seperti dunia paralel saja ya.  Pokoknya, kucing jenis ini bandel, susah diatur, suka bikin keributan, dan tukang maksa.

Mudah mendeteksi yang mana kucing alfa di kompleks perumahan kita.  Biasanya di satu kompleks selalu terlihat kucing tertentu yang paling dominan, keluyuran kemana-mana dan selalu menang saat berkelahi.  Kalau dia betina, kucing jantan saja takut berhadapan dengan dia.  Tidak puas menandai daerah kekuasaan dengan urinnya (spraying), kucing jenis ini bahkan jarang mau mengubur kotorannya.  Mungkin dengan harapan ada kucing inferior yang mau mengubur pup-nya.  Atau kalau pun bukan kucing, manusia inferior yang akan menyingkirkan kotorannya.  Gimana gak disingkirkan kalau buang kotoran di halaman atau di depan garasi.  Baunya kan kemana-mana *korban dibully kucing*.  Kucing tipe ini pokoknya nyebelin banget dah.

Tapi, seperti halnya sifat agresif di dunia manusia, di dunia perkucingan sifat ini juga bisa dikurangi.  Caranya dengan disayang dan dilatih.  Berikan reward untuk perilaku yang manis dan hukuman untuk perilaku agresifnya.  Hukumannya tidak perlu pakai kekerasan, cukup dengan dicuekin atau diabaikan.  Karena para kucing ini begitu mendambakan perhatian dan kasih sayang.  Begitulah, semoga kucing kita bukan kucing alfa 🙂

Perilaku Spraying Pada Si Empus

Spraying adalah perilaku menyemprotkan urin pada tempat atau benda tertentu yang dilakukan oleh kucing.  Dan ini juga dilakukan oleh kucing betina, walaupun kebanyakan dilakukan oleh kucing jantan.  Bau urin ini tentu sangat mengganggu kenyamanan dan kedamaian hidup di dalam rumah.

Si empus sendiri melalukan ini untuk beberapa alasan, yaitu:

  1. Membuat tanda teritorial. Inilah konsekuensi logis mengajak spesies lain untuk tinggal bersama kita.  Mesti toleran dengan perilaku dia.  Karena si kucing sudah merasa rumah kita adalah tempat tinggalnya, maka dia tidak segan-segan memberi tanda.  Kalau manusia mengklaim sesuatu dengan SHM (sertifikat hak milik), kucing dengan urinnya.  Tapi tidak usah merasa terintimidasi oleh perilakunya sampai merasa perlu pindah rumah apalagi ikut-ikutan menandai rumah kita dengan urin.  Hehe…
  2. Menarik perhatian lawan jenis. Ini dilakukan terutama kalau kita memelihara kucing dengan beda gender.  Grooming dan sisiran tiap hari saja ternyata tidak cukup buat si kucing.  Kurang ganteng katanya.  Makanya dia merasa perlu promosi dengan menyemprotkan urin kemana-mana agar dikenali oleh lawan jenisnya.
  3. Menunjukkan rasa tidak nyaman. Misalnya saat dia merasa terancam kedaulatan dan kewenangannya.
  4. Menunjukkan rasa cemburu. Biasanya ini terjadi kalau dia bukan kucing satu-satunya di rumah kita.  Trus perhatian kita padanya jadi berkurang.  Yah, salah satu cara menarik perhatian juga.  Memang berhasil mendapatkan perhatian sih, bonus omelan dan pelototan.
  5. Penyakit. Ada kemungkinan kucing kita mengalami gangguan fisik yang belum terdiagnosis sehingga perlu dikonsultasikan dengan dokter hewan.
  6. Litter box-nya tidak terawat. Haha, ketauan kalau tuannya jorok, tidak rajin mengganti pasir di litter box sampai kucingnya protes dengan cara spraying dimana-mana.
Bukan kucing saya loh :(
Bukan kucing saya loh 😦

Nah, bagaimana cara mengatasinya?

  1. Perlu dikonsulkan dulu pada dokter hewan, siapa tahu penyebabnya adalah gangguan medis seperti abnormalitas pada saluran kencing, infeksi saluran kencing, atau gangguan ginjal seperti batu ginjal. Adanya batu ginjal dapat menyebabkan aliran urin membentuk spray dibandingkan aliran normal yang tanpa sumbatan.
  2. Pemandulkan/pengebirian. Pemandulan akan menurunkan kadar hormon yang memicu perilaku spraying walaupun tidak menghilangkan samasekali.
  3. Menjaga agar si kucing merasa nyaman.  Perasaan kucing juga mesti dijaga agar tidak stress dan selalu bahagia. *halaah*
  4. Menjaga kebersihan litter box. Kalau litter box bersih dan terawat si kucing merasa nyaman menggunakan litter box-nya dan tidak mengumbar urinnya kemana-mana. Kecuali kalau kucingnya juga jorok.  Kalau kita tidak mau repot mencuci pasir kucing, pakai saja bentonite yang dikemas menjadi pasir kucing sekali pakai.  Pasir ini akan menggumpalkan urin kucing dan membungkus pup agar tidak bau.  Lalu serok dan buang kotoran kucing setiap hari.  Kemudian ganti seluruh sisa pasirnya kurang lebih seminggu sekali.

Selain itu, kita juga mesti rajin membersihkan bagian benda atau dinding yang terkena urin walaupun kemungkinan besar si kucing akan kembali lagi menandai tempat tersebut.  Makan hati dan bikin capek memang.  Tapi inilah konsekuensinya, rebutan daerah kekuasaan dengan si empus (curcol).  Cara membersihkannya dengan melarutkan satu sendok serbuk baking soda di dalam air hangat, lalu gosokkan dengan bantuan lap ke tempat-tempat tersebut.  Kita mengenal baking soda ini sebagai soda kue, tapi jangan yang itu, belilah baking soda di toko bahan kimia.  Baking soda non-food ini harganya 4000-6000 rupiah per kilogram.  Baking soda alias natrium bikarbonat ini berfungsi menetralkan kristal urin pada tempat tersebut.

Selamat mencoba 🙂

(Pic was copied from http://catbehaviour.blogs.lincoln.ac.uk/files/2010/03/cat-spraying-on-bush-1-AMD1.jpg)

Dry Humping Pada Kucing

Bebi Subebi, 7 bln :)
Hallo, aku sudah 7 bulan.  Ganteng yaa 🙂

Umur si Bebi sudah 7 bulan.  Kalau dikonversi ke umur manusia kira-kira sudah 13 tahun-an.  Umur ABG untuk manusia, tapi kalau ini KBG, Kucing Baru Gede.  Sambil mengingat-ingat kelakuan adik laki-laki saya pas umur-umur segitu, ternyata tidak jauh beda dengan kucing.  Lebih tepatnya, kelakuan kucing tidak jauh beda dengan manusia.  Suka keluyuran, mencari teman baru, dan sudah mulai mencari pasangan.  Kucing jantan teman saya yang beberapa bulan lebih tua malah sudah mulai birahi.  Karena belum sempat dipacak akhirnya kucing itu melakukan dry humping ala kucing.  Dari literatur yang saya baca, itu merupakan perilaku wajar pada kucing jantan usia produktif.  Termasuk pada kucing jantan yang sudah dikebiri.  Nah, apa itu dry humping?

Ada waktu-waktu tertentu pada kucing jantan usia produktif melakukan posisi seperti mau kawin dengan menunggangi (humping) benda tertentu.  Bendanya bisa apa saja bahkan tangan atau kaki tuannya.  Perilaku ini ternyata tidak berkaitan dengan aktifitas seksual, melainkan lebih pada perilaku dominansi terhadap benda tertentu.  Perilaku ini juga bisa muncul pada anak kucing kepada induknya untuk menunjukkan rasa aman dan terlindungi.  Kalau kucing kita humping pada anggota badan kita, bisa jadi artinya dia ingin menunjukkan pada kita bahwa dia adalah bos kita.

“Haduuh, kucing ngelunjak ini sih.”

Hal ini sedikit berbeda dengan perilaku spraying yang juga biasa dilakukan oleh kucing jantan dewasa.  Saat spraying mereka menyemprotkan urin di tempat-tempat tertentu untuk menandai daerah teritorialnya.  Sedangkan dry humping — namanya juga ‘dry’ — tidak ada yang disemprotkan.  Si kucing hanya nunggang dan meremas-remas dengan gemas benda tunggangannya.  Tapi kan risih juga melihatnya.

Kelakuan ini bisa bikin malu kalau ada tamu misalnya.  Sangat tidak sopan kalau tiba-tiba si kucing menjadikan tamu sebagai target dry humping-nya.  Padahal maksudnya untuk menyatakan bahwa dia adalah pemilik rumah.

“Hah, ini lebih ngelunjak lagi.  Lama-lama rumah kita bisa dikontrakkan sama ini kucing.” 😦

Yang beginian perlu diajari sopan santun.  Caranya adalah:

  1. Perhatikan pupil mata kucing. Pupil adalah bagian mata yang bisa melebar dan menyempit.  Saat ingin humping, pupilnya akan melebar.  Letakkan segera si kucing di lantai dan abaikan dia.
  2. Biasanya saat dielus dan makin keenakan, intensitas dengkur (purring) dan remasannya meningkat. Sebelum kena humping, segera hentikan elusan kalau perlu turunkan di lantai dan tinggalkan dia.
  3. Kalau masih bandel juga, peringatkan dengan intonasi suara tinggi. Kalau perlu sambil mengacung-acungkan sapu.  Hehe…

Dengan begitu dia akan tahu bahwa kita tidak suka dengan perilakunya.  Semakin muda usia, makin mudah diajari.  Kalau masih bandel dan agresif, perlu konsul pada dokter hewan untuk periksa hormon.  Nanti akan diberi obat tertentu untuk menstabilkan perilakunya.

Mengenal Si Persia-Himalayan

Belakangan ini saya agak heran dengan si Bebi. Masih ingat dia kan? Seekor kucing ras, anggota keluarga baru kami.

Pertama, tentang rasnya. Menurut breedernya dia ini ras Birman dengan warna putih/point, alias ujung-ujung alat geraknya berwarna gelap. Tapi menurut literatur tentang kucing, ras Birman itu ujung-ujung alat geraknya yang berwarna gelap malah berwarna putih seperti pakai kaos kaki putih gitu. Wah, salah identifikasi nih. Atau mungkin Bebi tidak suka pakai pakai kaos kaki dan melepasnya entah dimana pada saat saya adopsi. Sehingga, Bebi sekarang menjelma menjadi kucing Persia-Himalayan yang alat geraknya berwarna lebih gelap tapi tidak pakai kaos kaki. Ternyata, warna ini dihasilkan dari persilangan kucing Persia dan Siam. Sekilas pola warnanya mirip Siam, tapi rambutnya tidak sepanjang Persia murni. Saya memang tidak terlalu suka kucing long-hair karena ngurusnya pasti lebih susah. Dulu jenis ini dikenal sebagai Colorpoint Persian. Saat ini sudah diklasifikasikan terpisah dari Persian dan disebut kucing Himalayan oleh International Cat Association. Namun masih dimasukkan dalam grup yang sama dalam Persian Exotic Shorthair menurut Persian Breed Group Standard. Secara umum, perawakan Bebi sama dengan Persian. Badan buntek, kaki pendek tebal dan kuat (buat nendang maling terutama). Sebagai informasi tambahan, terdapat dua jenis Himalayan, yaitu yang wajah tradisional atau muka boneka/dall-face dan yang pesek/peke atau ultra-face. Bebi termasuk dall-face. Saya tidak suka yang pesek dan ini berlaku saat memilih pria maupun kucing.

Garis keturunan Bebi.
Garis keturunan Bebi.

Kedua, tentang kelakuannya. Tingkahnya bukan Persia banget. Kucing Persia terkenal senang bermalas-malasan, tenang, anggun, manja, tidak berisik, kalau disisir nurut, dan mudah dikandangkan. Bebi memang relatif tidak berisik dibandingkan dengan Putih, kucing kampung yang kami pelihara bersama dia. Tetapi karakter berikut mungkin didapat dari indukannya yang Siam:

1. Aktif/lincah, tidak malas.  Saya malah sempat menduga dia kucing hiperaktif. Dielus sedikit saja sudah dikira diajak main guling-gulingan atau perang-perangan. Makanya, harus rajin memotong kukunya kalau tidak mau panen goresan di tangan. Cara jalannya saja macho, seperti beruang kutub. Samasekali tidak anggun. Kapan-kapan akan saya daftarkan di sekolah kepribadian John Robert Powder (merek bedak kucing yang pemiliknya membuka kursus kepribadian khusus kucing).

2. Senang berlarian sampai sudut-sudut rumah, apa saja dikejar. Bahkan semut pun dikuntit sampai liangnya, malah kadang disantapnya juga.

3. Senang olahraga.  Misalnya main bola kertas. Mungkin karena masih kecil ya? Tapi bisa jadi semakin besar nanti dia akan main bola kasti, bola kaki, bola basket, atau bola voli *kucing ngelunjak*.

4. Tidak manja, mandiri.  Bebi sudah pandai mengambil makanan sendiri dari meja makan *bangga*. Itu sih maling!  Oh, nooo, itu bukan mencuri namanya, karena dia termasuk anggota keluarga yang bebas mengakses meja makan. Ajaibnya, walaupun saat itu di meja makan tersedia ikan dan tempe, dia memilih tempe! Hiyaaaa, dia makan tempe goreng. Tidak manja kan, bisa diajak hidup sengsara nih kucing seandainya kehabisan uang untuk beli makanan kucing. Berikutnya, karena dia diet rendah garam (saya kira kuatir hipertensi, tapi ternyata makanan asin/gurih bikin rambutnya gampang rontok), saya selalu menyediakan tempe kukus atau rebus sebagai makanan selingan buat dia. Duuh, memang kucing pengertian nih.

5. Tidak suka sisiran.  Kalau, katanya, kucing Persia sangat menikmati ‘me time’nya saat disisir, tidak demikian dengan Persia-Himalayan. Bebi gampang berontak kalau disisir. Apa perlu sisir salon jenis tertentu ya?

6. Dan yang pasti, tidak mau dikandangkan.  Dia selalu gelisah dan mengeong minta keluar saat dikandangkan (saya paham bahasa kucing). Padahal pada saat-saat tertentu dia harus masuk kandang, misal pas berjemur setelah mandi atau saat ada tamu yang tidak suka kucing. Akhirnya masuk kandang menjadi ‘time-out’ kalau dia nakal.

Demikianlah, sebulan lebih hidup serumah dengan Bebi membuat kami semakin mengenal karakter satu sama lain (apasiiih?). Yang penting semua senang. Moga-moga Bebi juga senang, tidak mengalami tekanan batin selama hidup dengan kami.

Pernak-pernik Memelihara Kucing Persia Untuk Pemula

Setelah beberapa lama menimbang, memilih, dan menyeleksi seperti yang sudah dijelaskan teman saya disini, akhirnya hadirlah anggota baru di keluarga saya. Si bungsu ini berkaki empat. Kucing jantan jenis Persia warna putih dengan variasi coklat di ujung-ujung alat geraknya, ujung telinga, kaki dan ekornya. Secara genetis warna jenis ini termasuk resesif dan disebut Burmese/Birman point, seal brown. Sedangkan, menurut corak bulu atau tipping warnanya termasuk Chinchilla, yaitu warna gelap kurang dominan dari warna terang. Saya adopsi dia dari Nemo petshop milik Prof.Drh.Aulani’am, dosen Unibraw yang saya kenal.  Seperti halnya adopsi anak, saat mengadopsi kucing kita juga harus tahu asal-usulnya.  Kebetulan kedua induknya milik profesor semua.  Gen bagus ya 😀 (apa hubungannya?)

Anyhow, si bungsu ini diberi nama Bebi, lengkapnya Bebi Subebi (terdengar ke-Sunda-Sunda-an ya? Ah, biarin). Kenapa? Karena pas diadopsi awal April lalu dia masih bayi, umur 2 bulan, lahir 12/2/2014. Gak percaya? Ada akte lahirnya loh. Kucing umur 2 bulan kurang lebih setara dengan anak manusia 5 tahunan yang sedang lucu-lucunya, agresif, aktif, senang bermain, serba ingin tahu, rajin menabung, dan tidak sombong, eh…

Trus, kalau bayi lahir punya KMS, Kartu Menuju Sehat, Bebi juga punya buku Keterangan Vaksinasi Internasional (International Certificate of Vaccination).  Di dalamnya ada keterangan jenis-jenis vaksinasi yang sudah didapatkan termasuk booster dan riwayat kesehatannya.

Buku catatan kesehatannya Bebi dan keterangan vaksin di dalamnya.
Buku catatan kesehatannya Bebi dan keterangan vaksin di dalamnya.

Kali ini saya ingin berbagi sedikit kerepotan menyambut anggota keluarga baru ini. Apa itu? Yah, seperti layaknya punya bayi, tentu saja kerepotan belanja kebutuhan dia.

Berikut starter kit menyambut si Bebi:

1. Makanan kucing. Ini jelas harus tersedia, karena tidak mungkin kita beri dia nasi pecel atau rawon, walaupun rawon paling enak sekalipun. Di petshop tersedia berbagai varian makanan kucing berdasarkan bentuknya (wet food/dry food), umur kucing, dan rasa. Halah, sama saja dengan manusia ya. Dan seperti biasa, saya tinggal menyebutkan umur dan menanyakan varian makanan yang harganya paling murah, hehe… Masalahnya makanan untuk anak kucing memang lebih mahal walaupun Bebi tidak menolak makan makanan kucing dewasa.  Tapi diberi ikan asin juga gak tega, kuatir rambutnya pada rontok :S

2. Litter box. Kotak kotoran buat pup dan pip itu loh. Tapi ada juga kucing yang terlatih untuk buang hajat di kamar mandi. Hanya saja ini tidak berlaku buat Bebi. Bukan kenapa-kenapa, saya tidak mau rebutan kamar mandi dengan dia.

3. Pasir kucing. Pasir kucing ini juga bervariasi berdasarkan jenis dan berat kemasan. Paling murah pasir dari batu zeolit yang harus rajin dicuci dan dijemur. Karena saya termasuk pemalas, untuk ini saya pilihkan pasir jenis bentonite wangi lemon yang bentuknya butiran dan bisa menggumpalkan urin dan pup si meow. Tinggal serok bagian yang menggumpal tadi dan buang di WC maka pasirnya pun akan larut. Harga mahal tidak masalah. Si Mas penjualnya juga menyarankan pasir jenis ini kalau kucingnya masih balita, karena pasir ini steril sehingga si meow yang masih rentan penyakit tidak mudah kena parasit.

Ini dia pasir steril, wangi, dan praktis (langsung buang).
Ini dia pasir steril, wangi, dan praktis (langsung buang).

4. Serok pasir. Sudah jelas ya fungsinya buat apa.

5. Keranjang bepergian/traveling bag. Keranjang ini berfungsi untuk membawa dia selama dalam perjalanan naik kendaraan. Saya pilihkan keranjang yang multifungsi merek ‘Rio’, yang bisa buat keranjang belanja juga. Jadi, kucingnya bisa diajak belanja ke pasar, desak-desakan sama tahu tempe dan sayuran, hehe…

Contoh keranjang buat si meong, bisa buat puppy juga :)
Contoh keranjang buat si meong, bisa buat puppy juga 🙂

6. Wadah makan minum. Sebetulnya bisa saja kita pakai wadah apapun yang ada di rumah. Tapi agar dia tetap merasa sebagai kucing, saya belikan mangkok dobel khusus binatang peliharaan yang sebelahan untuk makanan dan air.

7. Shampo kucing. Perlu disediakan, karena tidak sreg aja kalau dia mandi pakai lifebuoy atau lux. Lagipula di shampo kucing itu udah mengandung protein, conditioner, dan yang penting adalah zat anti kutu. Tapi, walaupun di labelnya ada tulisan menghilangkan rasa gatal dan melembabkan kulit, Bebi tetap saja hobi jilat-jilat badan. Entah kenapa, mungkin naluri ya? Seperti kita kalau garuk-garuk walaupun tidak gatal.  Kapan-kapan saya coba mandikan dia dengan pantene antiketombe, siapa tau dia gatal karena ketombean.

Bebi dan shamponya, gayanya mantep ya? cuma kurang senyum ajah :D
Bebi dan shamponya, gayanya mantep ya? cuma kurang senyum ajah 😀

8. Kandang. Sebetulnya saya tidak tega mengandangkan Bebi. Biarlah dia tidak terpisah dari kami. Tapi masalahnya, Bebi selalu ingin keluar begitu melihat pintu dibuka. Tentu saja maksudnya ingin main dengan sesama kucing lain. Tapi saya tidak rela melihat rupiah berkeliaran di luar apalagi sedang marak berita penculikan dan pelecehan seksual pada anak-anak. Sehingga, kesepakatannya, Bebi dikandangin kalau pintu dibuka dan selama ada kegiatan sholat berjamaah di rumah. Karena dia hobi banget ‘ndusel’ di sekitar orang sholat.

9. Kalung kelintingan. Maksudnya bukan biar rame, tapi karena Bebi belum pandai menjawab kalau di panggil dan untuk mendeteksi keberadaannya maka perlu juga GPS kucing berupa kelintingan ini.

10. Sisir kucing. Kucing Persia kadang-kadang perlu disisir dengan sisir khusus dari kawat. Menurut pengalaman sih, sisir kecil bergigi rapat yang biasa dipakai bapak-bapak sudah cukup efektif untuk membuang rambut-rambut yang tidak diinginkan. Biasanya kucing menikmati aktivitas ini, karena rasanya seperti dielus, membuat dia tenang dan nyaman.  Kata Bebi sih… Menyisir juga tidak perlu pagi-sore.  Dua hari sekali saja sudah cukup.  Saya saja malas nyisir kok ini disuruh nyisir kucing 😦

11. Vitamin. Seperti halnya ibu-ibu yang kurang pede kalau anaknya belum minum vitamin, Bebi juga saya belikan vitamin drop untuk membantu pertumbuhan dan nafsu makan anak kucing. Untuk urusan makan sebetulnya Bebi termasuk tidak rewel. Asal tersedia nasi di magic jar, dia bisa bikin lauk sendiri, seperti nggoreng tempe, nyeplok telor, atau bikin indomie rasa cabe ijo, eh… itu orang ya? Tapi beneran, Bebi suka tempe goreng.  Mungkin rasa tempe goreng lebih enak dari makanan keringnya dia.  Saya belum punya nyali untuk nyicip makanannya 😛

Wadah makanan, vitamin, dan sisir Bebi.  Sisir ini dari kawat lancip, sebaiknya jangan dicoba pada manusia.
Wadah makanan, vitamin, dan sisir Bebi. Sisir ini dari kawat lancip, sebaiknya jangan dicoba pada manusia.

Dan berikut daftar harga belanjaan saya (dalam Rp):

Makanan anak kucing merek Cilos 1 kg, 64.000
Litter box kecil, 5.000
Pasir bentonite merek Meooow 5L, 27.000
Serok pasir, 10.000
Keranjang pergi, 40.000
Wadah makan minum dobel, 12.000
Shampo kucing merek Bintang 400 mL, 17.000
Kandang besi ukuran 60x50x50, 150.000
Kalung kelintingan, 5.000
Sisir kawat, 17.000
Vitamin kitten merek Grokit, 12.000
Total 359.000

Dari belanjaan tersebut, yang sifatnya bulanan paling-paling pasir.  Makanan kucing, asal tidak berbagi dengan tuannya, bisa awet sampai sebulan lebih.  Ini karena Bebi porsi makannya masih dikit ya.  Sedangkan shampo dan vitamin bisa lebih awet lagi.  Mungkin 2-3 bulan baru habis.

Demikian, semoga informasi ini bisa membantu bagi para pemula seperti saya, yang ingin memelihara kucing Persia.  Percayalah, memelihara kucing Persia tidak mahal dan tidak serepot memelihara macan misalnya (ya iyalah).  Selamat mencoba 🙂

Tentang Kucing

Saya penyuka kucing. Sepertinya sifat ini saya dapat dari keluarga Ibu. Selain memelihara kucing, dulu orangtua Ibu juga memelihara anjing penjaga rumah. Walaupun Ibu suka kucing tetapi Bapak saya tidak. Sehingga, untuk amannya, kami tidak ngingu kucing hingga suatu saat kemudian…

Kucing peliharaan saya yang pertama namanya Manis. Ibu yang memberi nama. Nama standar untuk seekor anak kucing betina. Dia saya temukan sedang tersesat dan mengeong kelaparan di kolong meja kayu saat saya kelas 3 SD. Entah dari mana dia datang. Saya beri dia serpihan donat lalu saya putuskan untuk membawanya pulang. Manis ini kemudian beranak pinak. Tetapi hanya Koko, anaknya yang setia pada kami, yang akhirnya dibawa ke Pasuruan saat kami pindah ke kota itu.

Kucing-kucing berikutnya juga dapat nemu atau datang sendiri. Yang terakhir adalah Mia. Kucing cantik semi ras yang kesasar di pinggir jalan. Dia ini cikal bakal kucing-kucing berikutnya yang saya pelihara setelah berumahtangga. Seperti halnya Bapak, Suami juga bukan penyuka kucing.

Si Putih
Si Putih

Sekarang tinggal Putih, keturunan ketiga Mia yang tinggal di rumah. Induknya sudah pergi meninggalkan rumah. Biasanya, kalau si anak sudah waktunya disapih, si induk enggan tinggal dengan anaknya. Entah sampai kapan Putih tinggal dengan kami.

Menurut pengalaman saya, biasanya seekor kucing itu tahu kepada siapa dia harus datang. Dan dia datang pada orang yang tepat, yang mau merawat dan menyayanginya.